Rabu, 30 September 2009

17 Agoestoesan ke Tangkoeban Perahoe











17 agustus 2009
Sekitar jam 10 pagi kami berangkat dari bandung dengan tujuan lembang, antara pasirkoja sampai cipaganti jalan cukup lengang, ketika mulai cipaganti sampai SPBU di lembang jalan sangat macet, bahkan ketika di jalan setiabudi motor indian saya mengalami gangguan di bagian kopling, tepat sebelum hotel talagasari kopling motor indian slip, motor tidak bergerak sedikitpun malah mengeluarkan asap putih menyengat dengan bau khas kopling terbakar.
Memang macet jadi penyebab utamanya, motor tidak bisa bergerak leluasa hanya maju beberapa meter setiap saat.
Maka dicarilah plat kopling pengganti yang kira kira cocok dengan kopling indian saya, beruntung tepat di depan motor berhenti ada bengkel tambal ban yang buka, kami ikut membongkar motor saya di tempat tersebut, ketika jerry akan mencari plat kopling di toko sekitarnya, pemilik bengkel menawarkan plat kopling motor honda karisma yang masih baru, mungkin stok lama yang dia punya, setelah diteliti dan diperiksa ternyata kurang lebih cocok diameternya hanya kurang beberapa mili saja dan penampang koplingnya lebih kecil sedikit.
Kira kira pukul 12 siang motor kembali bergerak, jalanan macet merayap bahkan ketika di pasar lembang jalan macet total!, kami putuskan berhenti dulu barang sejenak untuk minum dan ngopi, ketika akan memarkirkan motor ternyata ada suara orang memanggil kami, oh ternyata uut teman kami memanggil untuk mampir ketempatnya. kami beristirahat di tempatnya kira kira setengah jam dengan suguhan teh botol dan goreng tempe yang krius krius nikmat.
Perjalanan kami lanjutkan, motor kami tuntun sampai melewati rumah makan ayam brebes, karena jalanan benar benar macet, setelah belokan kemacetan mulai mencair motor kami jalankan, sepanjang perjalanan banyak orang mengagumi motor kami ada yang memfoto di dalam mobil ketika kami sedang melaju ada yang mengacungkan jempol bahkan ada orang yang dari india menanyakan motor kami ketika kami berhenti, dan mereka terkagum kagum.
Sampai di pintu masuk tangkuban perahu kira kira jam setengah dua siang kami berhenti untuk mengecek motor kami masing masing, lagi lagi motor kami menjadi objek perhatian orang orang yang berhenti di sekitar pintu masuk, banyak orang yang ikut berfoto dengan motor kami, tak berapa lama kami masuk ke objek wisata tangkuban perahu, ketika di loket pembayaran tiket saya berseloroh kepada penjaga yang menayakan ini motor apa?, saya jelaskan bahwa ini motor tua, motor pejuang dan aset nasional yang harus dipeliraha, dengan anggukan dan rasa kagum bapak penjaga loket mempersilahkan masuk dengan gratis.
Baru setengah perjalanan menuju kawah saya urungkan niat mencapainya, karena jalanan begitu jelek berbatu, ada perbaikan pengaspalan yang sedang dilakukan, mungkin persiapan menjelang libur lebaran.
Jam 7 malam kami kembali dengan melalui rute pulang melalui punclut, guna menghindari kemacetan di ledeng yang parah,berhenti makan di saung punclut langganan , lalu pulang kerumah diiringi hujan rintik rintik.........Merdeka!!!!!

Minggu, 27 September 2009

Handycam jaman doeloe


Handycam tahun jebot, kalau kita mau menjalankannya kita harus memutar engkolnya sampai full baru kamera bisa jalan selama kurang lebih 30 menit.
Jadi prinsip kerjanya seperti jam weker jaman doeloe.
Dengan merk Filmo buatan Bell & Howell USA
Harga Rp. 500.000.-

pensil antik dan serutan antik


Pensil antik jaman doeloe memang unik ada yang ber merk tjinta damai, Satellite, Scala, tjap burung, Ibex, dll
lalu yang serutan ber merk Chicago.
Harga tempat pensil Rp. 150.000.-
Harga serutan Rp. 250.000.-
Harga pensil Rp. 10.000.-/pcs

perabotan merokok


Ini adalah perabotan merokok jaman doeloe
ada pipa rokok, pemotong cerutu, korek api, tembakau, kaleng rokok van nelle, kertas rokok, korek api ganda wesi yang harus memakai batu dan serat halus untuk menyalakannya

mainan kaleng made in indonesia


Mainan kaleng ini dibuat asli di indonesia,menyesuaikan dengan merk dan kendaraan yang ada di indonesia, cukup unik dengan adanya penumpang di dalam kabinnya.
SOLDOUT / TERJUAL

Sabtu, 26 September 2009

Raun Raun ke Pangalengan



22 january 2007
Hari minggu pagi motor oriont dan avada kami persiapkan untuk perjalanan ke pangalengan,lampu karbit buatan jerman tahun 1890 sudah terpasang dimotor tak lupa klakson bakwan dan bel delman bertengger juga dengan maksud untuk menyaingi delman delman di daerah soreang, tujuan kami ke perkebunan malabar dan makam K.a.r Boscha.
Perjalanan yang memakan waktu dua setengah jam tidak menemui kendala berarti, malah ditengah jalan ada seorang bapak pengendara sepeda motor mengikuti kami, kami kira mungkin bapak tersebut mengagumi motor yang kami pakai, saya dan jerry pun tak lama kemudian berhenti untuk istirahat sejenak untuk ngopi dan melemaskan otot, bapak tersebut juga ternyata ikut berhenti dan menyapa kami setelah ngobrol ternyata bapak itu penggemar sepeda ontel dan bermaksud menawarkan sepedanya untuk dijual, akhirnya kami minta alamat beliau untuk kami kunjungi dilain waktu.
Bangunan pabrik teh kami dokumentasikan tak lupa makam k.a.r boscha.
Banyak orang bertanya ini sepeda apa motor ?, lalu kami jawab ini sepeda bermotor....betul kan
Tanjakan tanjakan kami lalui, bahkan dengan motor avadanya jerry yang low gear sepertinya tanjakan tak berarti, tak seperti motor yang saya naiki dengan gear high speed, begitu ada tanjakan speed melemah tak keruan...untung ada pedal yang langsung bisa digenjot ketika tenaga berkurang......turbo!...dengan tenaga dengkul...he..he.
Misi selesai.......

ronteng goes to tjeribon


Hari rabu 23 september 2009, empat hari setelah Idul Fitri kami berangkat
ke cirebon - berangkat dari bandung jam 2 siang sesampainya di cileunyi motor humber
mengalami masalah dengan pengapiannya, untungnya jerry dengan cekatan memperbaikinya
dan perjalanan pun bergerak lagi menuju sumedang, untungnya jalan menuju ke sumedang tidak terlalu macet berlainan dengan arah sebaliknya yg cukup merayap.
Kota sumedang kita lewati dengan rencana berhenti istirahat di warung langganan di tomo,dengan berharap bisa makan sop kaki sapi di warung tersebut, ternyata warung memang buka dengan tanpa menu masakan kesukaan saya, teu acan balanja ibu teh...bilih teu acan rame da atuh.....begitu pemilik warung memberi alasan dengan ringannya ditimpali senyum kecut saya..hik...hik.
Tepat pukul 7.30 motor levis saya mengalami masalah dengan businya, bawaan yang telah kami
siapkan ternyata lupa membawa busi serep.terpaksa motor dijalankan dengan cara dimatikan karena diuntungkan dengan jalanan yang menurun, tepat di peristirahan di tomo kami berhenti mencari bengkel,berharap ada yang buka...ternyata sia sia satu satunya bengkel yang ada disekitar situ tutup, akhirnya kami coba dengan memecahkan isolator businya....itupun tak berhasil juga menghidupkannya, akhirnya kami mencari akal.......ketemu!
saya berkata pada jerry...gimana kalau kita minta busi sisa di mobil yang tengah parkir di tempat peristirahatan sekitar situ, mudah mudahan mereka membawa serep, lalu dengan sigapnya jerry bergerilya mencari mobil yang tengah parkir.
satu mobil ditanya,mobil kedua ditanya,akhirnya mobil ke tujuh sebuah mobil kijang super warna merah dengan iklasnya memberi satu satunya busi serep yang dimilikinya kepada jerry,walaupun dengan jaket loreng GI dan iket dikepala jerry tampak seperti jawara, dengan baik hatinya bapak tersebut memberinya.....hatur nuhun pa, sing salamet di jalan, sing tong mogok da busina di candak ku abdi....amin.
Dengan harap cemas busi kami pasang karena busi bekas kami bersihkan dulu dengan teliti jam sudah menunjukan pukul 9.38 malam, lalu...kami coba hidupkan...bruuum si levis kembali menyalak-perjalanan berlanjut lagi.
Kira kira pukul 11 malam kami sampai di daerah jamblang kami berhenti lagi karena motor humber yang jerry tumpangi mengalami masalah lagi dengan platinanya, dengan fisik yang lumayan kecapekan kami beristirahat di tukang nasi jamblang yang tepat disamping kami berhenti, setelah makan dan memesan teh manis kami coba memperbaiki motor humber kembali. ternyata setelah diutak atik sekitar satu jam motor tetap ngadat akhirnya kami putuskan bermalam seadanya di tempat tersebut,beruntung ada seorang satpam toserba griya dengan baiknya menawarkan untuk bermalam di mushola tempatnya bekerja.
Pagi pagi kami berusaha mencari bengkel terdekat untuk mencari platina yang cocok,dengan susah payah akhirnya ketemu juga. perjalanan berlanjut lagi.
Keraton Kacirebonan kami singgahi, pelabuhan cirebon, rumah rumah tua kami dokumentasikan
karena kami berharap suatu saat foto foto kami menjadi saksi rumah rumah tua yang tak lama lagi akan tergerus kemajuan jaman berganti dengan mal mal yang berjamur di kota kota besar.
Karena visi dan misi kami mendokumentasikan rumah rumah tua yg ada di seluruh negeri ini, dan memberitahukan kepada pemiliknya untuk menjaga arsitekturnya tetap terjaga dengan baik, seperti kami mencontohkan kepada mereka motor tua kami pun bila dijaga dengan baik tetap bisa eksis sampai saat ini, bahkan bisa mengelana jauh mengunjungi mereka di pelosok negeri ini.......amin
NATURA ARTIST MAGISTRA

Setrika Kuno


Satu lagi koleksi setrika kuno saya yang terbesar dan terkecil,
Yang terbesar terbuat dari kuningan dan yang terkecil dari besi

Senin, 21 September 2009

mobil mainan antik


Mainan dengan merk Schuco ini sangant antik,dengan bahan terbuat dari plat besi yg cukup tebal
dengan nomor seri 3041 type Varianto-Limo.
Diperkirakan mainan ini dibuat sekitar tahun 1932
cukup antik kan....
Ket : Koleksi Pribadi

Motor Pertama di Indonesia



Sepeda motor memiliki sejarah yang panjang di negeri ini. Sepeda motor sudah hadir di negara ini sejak masih berada di bawah pendudukan Belanda dan masih bernama Hindia Timur, Oost Indie atau East India.

Data yang ada menyebutkan bahwa sepeda motor hadir di Indonesia sejak tahun 1893 atau 115 tahun yang lalu. Uniknya, walaupun pada saat itu negara ini masih berada di bawah pendudukan Belanda, orang pertama yang memiliki sepeda motor di negeri ini bukanlah orang Belanda, melainkan orang Inggris. Dan, orang itu bernama John C Potter, yang sehari-hari bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca Umbul) Probolinggo, Jawa Timur.

Dalam buku Krèta Sètan (de duivelswagen) dikisahkan bagaimana John C Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.(foto atas kanan)
Sepeda motor itu tiba pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama tiba di negara ini. Itu membuat John C Potter menjadi orang pertama di negeri ini yang menggunakan kendaraan bermotor.
Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmüller itu belum menggunakan rantai, belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel-kabel listrik.
Sepeda motor itu menyandang mesin dua silinder horizontal yang menggunakan bahan bakar bensin atau nafta. Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya.

Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan berkarat.
Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian sepeda motor antik itu diboyong ke museum lalu lintas di Surabaya, yang kini tidak diketahui lagi di mana lokasinya.

Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula. Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 sampai 1926.

Lintas Jawa

Tidak mau kalah dengan pengendara mobil, pengendara sepeda motor pun berupaya membukukan rekor perjalanan lintas Jawa dari Batavia (Jakarta) sampai Soerabaja (Surabaya) yang berjarak sekitar 850 kilometer.

Kemudian, 16 Mei 1917, Frits Sl uijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam.

Rekor itu tidak bertahan lama. Sembilan hari sesudahnya, 24 Mei 1917, Goddy Younge dengan sepeda motor Harley Davidson membukukan rekor baru dengan catatan waktu 17 jam dan 37 menit, dengan kecepatan rata-rata 48 kilometer per jam.
Rekor itu sempat bertahan selama lima bulan sebelum dipecahkan oleh Barend ten Dam yang mengendarai sepeda motor Indian dalam waktu 15 jam dan 37 menit pada tanggal 18 September 1917, dengan kecepatan rata-rata 52 kilometer per jam.

Melihat rekornya dipecahkan oleh Barend ten Dam, enam hari sesudahnya, 24 September 1917, Goddy Younge yang berasal dari Semarang kembali mengukir rekor baru dengan catatan waktu 14 jam dan 11 menit, dan kecepatan sepeda motor Harley Davidson yang dikendarainya rata-rata 60 kilometer per jam.

Pada awal tahun 1960-an, mulai masuk pula skuter Vespa, yang disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Suzuki, Honda, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki.
Seiring dengan perjalanan waktu, sepeda motor asal Jepang mendominasi pasar sepeda motor di negeri ini. Urutan teratas ditempati oleh Honda, diikuti oleh Yamaha di tempat kedua dan Suzuki di tempat ketiga. (JL)

(Kompas, 16 Agustus 2008)

copypaste dr : bundatyas, http://cakrawalaindah2.wordpress.com/2007/11/09/bicycle-for-earth/

Dan sekarang sejarah itu akan terulang kembali dengan hadirnya motor rakitan saya sendiri satu indian 1917 replica dan Levis 2 stroke yang menemani penunggangnya dengan setia kemana pun kami bertualng. nantikan foto foto kami selanjutnya,ciaao....

gramophone


gramophone dari tahun 1920,masih berfungsi baik
merk odeon.

SOLDOUT

barang antik tempo doeloe


Barang antik tempo doeloe memang tak lekang oleh waktu,dari sana kita bisa mengetahui peradaban atau teknik yang digunakan saat itu.
Baik pengolahannya, teknik dan prasarana yang tersedia saat itu